Jumat, 11 Januari 2008

Makanan Terbaik

Pada salah satu pertemuan mentoring, saya diminta untuk diminta untuk membawa makanan terbaik yang bisa saya bawa. Awalnya, saya berpikir untuk membawa makanan hasil masakan. Tetapi, karena tidak sempat, pada saat itu saya hanya membawa sebungkus makanan ringan yang saya ambil dari lemari.

Tiba saat mentoring, mentor pun menyuruh saya untuk mengeluarkan makanan terbaik yang saya bawa.Saya pun mengeluarkan makanan ringan yang saya bawa. Kemudian, mentor yang membawa beberapa bungkus makanan dan sebungkus buah jeruk “mini”, berkata bahwa dia sudah gagal dalam janjinya untuk membawa makanan terbaik. “Ko, bisa?Padahal cukup untuk sarapan pagi” pertanyaan itu terlontar dalam hati saya. Mentor pun menjelaskan bahwa bisa saja dia membawa sekotak brownies, tetapi, beliau menambahkan bahwa banyak alasan-alasan yang tiba-tiba muncul. Dan akhirnya hanya membawa makanan itu saja. Saya pun terdiam, malu tentunya, karena tanpa usaha, hanya membawa sebungkus makanan ringan dari lemari, walaupun kalau dihitung, isinya cukup banyak (namanya juga makanan ringan ;p).

Mentor pun mengingatkan kembali tentang kisah kedua anak Nabi Adam As dalam memberikan persembahan mereka. Kemudian mentor melanjutkan makanan terbaik itu dianalogikan dengan bagaimana penyikapan kita terhadap kehidupan. Apakah dalam solat kita memberikan yang terbaik? Atau dalam setiap ujian kita memberikan yang terbaik? Atau justru yang kita hanya menyikapinya dengan seadanya, atau seperti contoh kasus saya hanya mengambil yang ada di lemari. Beliau menambahkan, kebanyakan manusia belum mengerahkan kemampuan yang telah diamanatkan secara maksimal.

Saya teringat kata-kata “.... push your boundaries....” yang dikemukakan oleh seorang juara freestyle football dalam sebuah iklan. Saya mengambil kesimpulan bahwa banyak batas-batas yang kita hadapi dalam mengerahkan kemampuan kita, salah satunya malas. Tetapi kebanyakan, tidak menyadari batas-batas yang menghalangi dan nyaman dengan batas itu. Dan saya yakin, saya bisa melewati batas itu. Oleh karena itu, know and push your boundaries!

1 komentar:

RiSaQi mengatakan...

Satu makanan
Dua esensi dari persembahan.

Untuk makanan, saya berusaha sekuat mungkin memberikan istri dan anak makanan yang baik dan tentunya halal.

Untuk esensi dari persembahan, saya ingat pesan Q. Shihab bahwa, "Allah senang pada hambanya yang melakukan pekerjaan seindah dan sebaik mungkin yang dapat ia lakukan."

dari perkataan Q.Shihab itu, saya bertukar pikiran dengan istri saya

bahwa seseorang akan terkondisikan dalam keadaan demikian

saat ia menyadari

bahwa saat ia mengerjakan sesuatu untuk siapapun

pasti

akan membutuhkan waktu yang sama

dan orang sukses adalah

kalo pikirannya selalu pada yang terbaik.

mari kita amalkan bersama-sama,

dan sama-sama menjaga keikhlasan amal kita.

SEMANGAT, HAIT!!